Senin, 28 Mei 2012

Kisah Musisi Orang Batak Tongam Sirait

Bagi Tongam sirait, untuk menjadi seniman besar tidaklah harus hijrah ke ibu kota. Musisi sekaligus penyanyi asal Parapat yang sukses berkolaborasi dengan Viky Sianipar di album Nommensen ini mengibaratkan seniman seperti emas; walau ditaruh di dalam lumpur, akan tetap menjadi emas.
Tongam Sirait menjadi sangat populer di Pulau Jawa dan Sumatera, terlebih di ranah batak. Lagu-lagu ciptaannya di album Nommensen yang diprakarsai musisi besar Batak, Viky Sianipar, mampu terjual sekitar 50 ribu keping. Angka fantastis bagi musisi Batak yang baru eksis di album perdana.
Ketika ditemui di kediaman mertuanya di Onan Tiga Raja, Parapat, baru-baru ini, penampilan Tongam Sirait biasa saja; pakai kaos oblong ngepas. Saat itu, anaknya nomor tiga, Immanuel, yang berusia tiga setengah tahun, merengek minta dibelikan bola dan gitar mainan. ”Baru dope hutuhor bola nion alai ngaittor mabola i baen. Gitarna pe hutuhor do sian Tarutung alai iboan donganna: Baru saja kubeli bola sama dia tapi sudah pecah dibuat. Gitar yang kubeli dari Tarutung pun dibawa kawannya,” kata pria yang sempat ingin menjadi pemain sepakbola profesional, namun karena tak ’menjanjikan’ ia menekuni dunia musik yang sudah dikenalnya sejak di bangku sekolah dasar.

Tongam Sirait yang lahir di Parapat 39 tahun lalu, tidak mengetahui siapa yang mewarisi darah seni yang memeluk tubuhnya. Hanya saja, kata lelaki yang memper-istri br Pasaribu ini, kemungkinan darah seni itu mengalir dari almarhum ayahnya, yang menurut orang-orang di kampung, ayahnya bisa memainkan gitar. Begitupun, ia tak mengetahui persis jika ayahnya bisa memainkan gitar. ”Mungkin sudah menjadi talenta dari Tuhan. Talenta itu kemudian saya asah agar semakin tajam,” kata lelaki pengagum grup band asal Inggris dan Amerika, Pink Floyd dan Guns ’n Roses ini.
Kata Tongam, sejak di bangku sekolah dasar, ia sudah tak canggung bernyanyi bersama teman-teman sekolahnya. Ia juga sering tampil di gereja. Tapi sejatinya, Tongam mulai serius menekuni dunia musik ketika hijrah ke Pulau Bali tahun 1990 sampai tahun 1995. Di Pulau Dewata itu, Tongam mulai menyanyi dari hotel ke hotel. ”Sejak kecil saya sudah ikut festival nyanyi di gereja. Lalu ketika merantau ke Bali, saya mulai cari duit dengan bernyanyi dari hotel ke hotel. Tapi pernah juga jadi beach boy karena desakan ekonomi,” kata Tongam.
Apa dasar keberangkatan Tongam ke Pulau Bali? Sebab, bicara keindahan alam, Danau Toba juga tak kalah indah. ”Tamu minim berkunjung ke Danau Toba. Saya kemudian berangkat ke Bali untuk lebih mengenal geliat potensi wisata di Bali. Tapi juga untuk menambah pengalaman,” kata Tongam, sibuk membujuk anaknya, Immanuel, yang terus menangis minta dibelikan gitar. Merasa cukup lama merantau ke Bali, Tongam mencoba meraih peruntungannya ke kota metropolitan, Jakarta. Tujuannya, mencari produser yang siap mengorbitkan lagu-lagu yang telah diciptakannya sejak tahun 1997. Namun gayung belum bersambut. Kehidupan di metropolitan ternyata sangat kompetitif. Tapi Tongam tak menyerah.
Lelaki bersuara bass ini kembali mengasah talenta bermusiknya dengan tampil dari hotel ke hotel. Adalah daerah Matraman, Menteng, menjadi persinggahannya untuk mencari rupiah. “Hidup di Jakarta serba sulit. Kalau tak ada lubang dan koneksi, tipis kemungkinan menjadi sukses. Di Jakarta, orang-orang dari segala disiplin ilmu berbaur untuk mencari kesuksesan, sehingga terjadi persaingan ketat,” kata lelaki yang mahir memainkan gitar menggunakan jemari kanan dan jemari kiri.
Kata Tongam, di Jakarta, mencari hidup sebagai musisi haruslah punya pergaulan luas dan mampu memainkan beragam jenis musik. “Satu jam tampil, saya cuma dibayar Rp25 ribu. Itupun harus bisa memainkan segala jenis musik, mulai jazz, rock, blues, sampai dangdut. Jika tak bisa kita akan terlempar dari persaingan,” ujar Tongam. Hingga di penghujung tahun 2000, kehidupan Tongam masih belum berubah. Talenta bermusiknya masih ia tularkan sebatas tampil si sejumlah hotel di bilangan Jakarta. Cita-citanya menjadi musisi sukses masih seperti menggamit bintang.
Bertemu Viky di Parapat
Tahun 2001 menjadi tahun yang kelam bagi Tongam. Ibunya meninggal dunia di Parapat. Tongam pun pulang kampung. Tapi di sini jugalah lelaki berkulit hitam ini meraih peruntungan karena secara tak sengaja dipertemukan dengan Viky Sianipar di Hotel Inna Parapat. Sebelumnya, kata Tongam, ia tak pernah bermimpi, kelak akan berkolaborasi dengan musisi besar sekelas Viky Sianipar. Apalagi sampai membayangkan, lagu-lagu yang diciptakannya sejak tahun 1997 itu, bisa masuk dapur rekaman, dan kemudian menggelambungkan namanya seperti artis-artis Batak yang sukses meniti karir di ibu kota.
Kiprah Viky di jalur musik sendiri pun hampir tak pernah diketahui Tongam. Nah, pada saat itulah, melalui jasa seorang teman yang dikenalnya di Jakarta, meminta Tongam datang ke hotel tempat Viky menginap. Viky sendiri datang ke Parapat bersama ayahnya untuk mempersiapkan album barunya, Lake Toba. “Aku pun datang dan bertemu dengan ayah Viky Sianipar. Ayah Viky bilang: Ate makkarang lagu inna ho poang. Baenma jo poang lagumi asa hubege: katanya kau pengarang lagu. Coba mainkan dulu lagumu itu biar kudengar,” kenang Tongam.
Tongam unjuk gigi. Dibawakannya lagu berlirik bule ciptaannya berjudul Come To Lake Toba di hadapan Viky. Come To Lake Toba sendiri bercerita tentang kecintaan Tongam kepada Danau Toba. Kontan Viky tertarik dan memintanya untuk datang ke Jakarta. Tapi, permintaan Viky tidak langsung disanggupi. Pasalnya, Tongam sempat berjanji tidak akan merantau lagi ke Jakarta. Sebab hidup di Jakarta, kata Tongam, sangatlah sulit. “Kalau kita tak punya relasi dan potensi jangan pergi ke Jakarta. Hanya menghabiskan energi. Lebih baik di kampung. Tapi saya yakin, walau tinggal di kampung, masih ada hari esok untuk bisa mencapai cita-cita,” tukasnya yakin. Tapi, tiga bulan kemudian setelah bertemu Viky, Tongam berubah pikiran. Keinginannya untuk bisa sukses semakin besar. Ia akhirnya kembali ke Jakarta.
Di Jakarta ia menemui Viky dan mulai menyamakan langkah dengan Viky; mempelajari dan mengenalkan musik etnik ke semua kalangan seperti cita-cita Viky. “Gayung bersambut. Pemikiran Viky sama dengan pemikiran saya. Viky datang dari etnik musik yang ketika itu belum sepopuler sekarang. Kalau di dunia barat, etnik musik pertamakali dikenalkan Peter Gabriel dan Phill Collins, vocalis Genesis. Tapi selain itu, etnik musik sudah dimainkan oleh musisi-musisi dari pesisir seperti Kuba dan Meksiko,” terang lelaki yang tetap bersedia tampil di acara seremonial di sejumlah daerah seperti Balige, Tarutung, Dolok Sanggul, dan Pematangsiantar.
Sosok Viky, kata Tongam, adalah seorang pioner di bidangnya. Viky sangat mencintai musik Batak. Sulit kata Tongam mencari sosok Viky di era digital sekarang ini. “Sekarang, di kalangan high class ada kebosanan dengan musik-musik yang kita dengar seperti saat ini yang berbau digital. Sehingga ada peralihan ke etnik musik. Hanya saja, sangat saya sayangkan, bahwa kebanyakan pemegang saham di dapur rekaman hanya semata melihat pasar dari segi bisnisnya saja. Tidak mengangkat potensi dari khasanah budaya. Nah, Viky berangkat dari situ,” ungkapnya.
Kecintaan Tongam Kepada Danau Toba
Lagu Come To Lake Toba adalah salah satu bukti kecintaan Tongam kepada Danau Toba. Kecintaannya itu diartikan Tongam, melebihi makna cintanya kepada nusantara ini. Hanya saja, masih terlelapnya Parapat dari tidur panjangnya, telah memiriskan hatinya. “Bercerita Danau Toba adalah bercerita tentang kecintaan saya. Di sini saya lahir dan besar. Sayangnya, geliat potensinya belum juga terangkat. Menurut saya, sisi yang paling besar mendorong daerah pariwisata, haruslah ada bandara dibarengi penginapan yang mumpuni. Pokoknya perangkat-perangkat wisata harus lengkap. Penduduk juga harus semakin mengerti tentang potensi Danau Toba. Tapi saya yakin, waktu yang akan mendewasakan ini semua,” ungkap Tongam yang tidak mematok bayaran jika diundang tampil di acara-acara seremonial di sejumlah daerah, terutama di ranah Batak.
Rupanya bicara materi memancing Tongam untuk terus berkomentar. Katanya, materi bukan menjadi persoalan utama. Bahkan, setelah berkolaborasi dengan Viky sekalipun–walau Viky juga adalah seorang pebisnis musik–tidak kemudian karya-karyanya didasari bayaran. “Saya tak ingin bicara materinya dulu. Kalaupun bersama Viky saya dapat bayaran, itu sah-sah saja. Artinya, karya saya dihargai. Musisi yang dewasa itu juga harus memikirkan kebutuhan untuk diri dan keluarganya. Tapi saya tegaskan, yang paling utama bukan itu, saya akan terus berkarya,” kata Tongam, yang masih harus bolak-balik Parapat-Jakarta untuk urusan bermusik.
Pernikahan dan Pengorbanan Tongam
Semasa muda, Tongam mengaku sebagai laki-laki Play Boy. Ia bahkan menggelari dirinya sebagai Parhallet na utusan. Apalagi, walau cuma tamatan SMA, Tongam mampu berbicara dalam bahasa Inggris yang dipelajarinya secara otodidak dari para bule di Parapat dan di Bali. Serupa seperti ia memainkan alat musik yang juga dipelajari otodidak. Tongam sejatinya adalah seorang perantau. Ia praktis menghabiskan masa mudanya di Pulau Dewata dan Kota Jakarta. Ia berinteraksi dengan berbagai suku dan bangsa di perantauan. “Saya selalu bergaul. Itu menjadi modal berharga bagi orang seperti saya. Jadi jangan heran ketika masih lajang, saya punya banyak teman. Gonta-ganti pacar juga menjadi hal yang biasa bagi saya ketika itu,” aku Tongam blak-blakan.
Perkenalan dengan istrinya, Serevina br Pararibu (24) juga terbilang tak terencana sama sekali. Ketika ibunya meninggal dunia dan jasadnya masih disemayamkan, ia dipertemukan dengan seorang gadis cantik, berkulit putih, baru tamat SMA. Walau sebelumnya ia tak mengenal sama sekali sosok Serevina–karena sebelumnya berada di perantauan–dengan keberaniannya, ia mengajak Serevina menikah. “Saya ajak dia menikah dan dia bersedia. Itu adalah takdir kami berdua dipertemukan bersamaan ketika ibu saya meninggal. Tapi pernikahan itu pula yang menjadikan ibu saya menjadi Saur Sari Matua karena tinggal saya di keluarga yang belum menikah,” kenang Tongam.
Ada yang harus dikorbankan Tongam ketika memilih jalur musik sebagai jalan hidup. Ia harus mengorbankan perasaannya. Curahan kasih sayang kepada istri dan keempat anaknya akan semakin berkurang ketika dia harus bolak-balik Parapat-Jakarta untuk urusan profesi. “Pasti ada yang dikorbankan, terutama keluarga. Sebab, jika saya ke Jakarta bisa sampai satu bulan. Terkadang anak saya bilang saya selalu pergi-pergi saja. Tapi ini adalah masa depan. Semua yang saya lakukan adalah untuk keluarga,” kata lelaki lulusan SMA I Parapat ini.
Kata Tongam, cita-cita yang paling sempurna adalah, ketika keahlian atau hobi bisa menghasilkan uang. Artinya, bekerja dengan kepuasan bathin adalah sebuah cita-cita yang sempurna. “Jika bisa bercita-cita setinggi langit, saya ingin dikenal semua orang yang ada di muka bumi ini seperti orang-orang mengenal seorang Bob Marley, musisi reage legendaris dari benua hitam, Afrika. Bob Marley berkarya berdasarkan kepuasan bathin yang menyatukan cinta dan perdamaian lewat lagu yang diciptakannya,” tukas Tongam Sirait.
Tongam mulai mencipta lagu sejak tahun 1997. Ada 10 lagu ciptaannya di album Nommensen: Mauliate, Ingotma, Si Doli, Mekkel Nama Au, Nommensen, Sugari, Come To Lake Toba, Taringot Au, Beta Hita, dan Tapature. Tongam tinggal di Onan Raja Parapat dan merpersunting Serevina br Pasaribu sebagai istri. Empat orang anaknya diberi nama: Sebita Rapuli (5 tahun), Immanuel (3.5 tahun), Inri (1.5 tahun), dan Raja (4 bulan).
Tongam mempunyai obsesi besar untuk menciptakan sebuah gitar dengan dua gagang yang bisa dimainkan dengan kedua jemari sekaligus. Sebagai ritim pada gitar ciptaannya itu, Tongam akan menggunakan kaki kanan dan kaki kiri

Jumat, 25 Mei 2012

Simpan Registry Windows dengan (Tweaking.com) Registry Backup

Bagi pengguna Windows, Registry merupakan bagian yang sangat penting. Berbagai setting/konfigurasi windows termasuk mayoritas program disimpan didalamnya. Tidak jarang kerusakan windows disebabkan karena registry yang rusak. Oleh karena itu melakukan penyimpanan (backup) registry sangatlah penting.

Meskipun backup registry bisa saja dilakukan secara manual atau menggunakan fungsi windows RegSaveKey dan RegRestoreKey tetapi cara ini tidak direkomendasikan. Microsoft merekomendasikan untuk melakukan backup dengan menggunakan Volume Shadow Copy Service. Salah satu software gratis yang sudah menggunakan teknik yang direkomendasikan Microsoft ini adalah Registry Backup buatan Tweaking.com.
Volume Shadow Copy Service merupakan kumpulan COM APIs (Application Programming Interface) yang mengimplementasikan sebuah cara dan mengijinkan pengguna windows melakukan backup meskipun ada aplikasi lain di sistem yang masih melakukan baca tulis didalamnya.

Backup Registry dengan menggunakan program ini sangat aman, karena selain menggunakan Volume Shadow Copy Service yang direkomendasikan windows, program ini juga tidak mengubah atau mengutak-atik file sistem windows.



Tersedia versi installer dan versi portable yang bisa kita gunakan langsung. Setelah download dan install (atau buka dan extract jika memilih versi portable), jalankan TweakingRegistryBackup.exe. Akan muncul tampilan utama Registry Backup. Sebelum melakukan backup, buka tab Setting dan atur dimana lokasi backup akan disimpan dibagian “Backup Location”. Jika sudah kembali ke menu (tab) Backup Registry. Klik tombol Backup Now untuk mulai melakukan proses backup yang biasanya hanya akan berlangsung beberapa detik saja.

Backup dapat dilakukan sesering mungkin, terutama penting dilakukan dalam beberapa kondisi seperti misalnya sebelum menginstall software baru, akan mengutak-atik registry, setelah pertama kali install windows, dan sebagainya.

Ketika windows ada masalah, maka kita bisa melakukan restore (mengembalikan keadaan registry) ke kondisi awal saat kita melakukan backup. Dengan program ini, restore registry bisa dilakukan melalui menu (tab) Restore Registry. Program ini dapat digunakan untuk Windows XP, 2003, Vista, 2008 & 7 (32 & 64 Bit).

Si Kamar 13

Nama Jack Marpaung pernah menghiasi pentas hiburan nasional dengan grup musiknya, Trio Lasidos. Namun dibalik kesuksesannya itu, Jack memiliki masa lalu yang kelam. Bahkan kala masa keemasannya, Jack yang sempat lupa diri dengan gemerlapnya kehidupan dunia hiburan mengalami sesuatu yang tidak pernah di duganya dan membuat karirnya terpuruk. Inilah penuturan langsung Jack Marpaung tentang lika-liku kehidupannya.
“Orangtua saya keras orangnya. Kalau umpanya rumah kotor, dia ambil sapu, saya disuruh duduk lalu dihajar. Makanya saya kasar diluar, untuk cari perhatian. Kalau saya agak kalah main gundu, saya hajar orang itu dari belakang. Lalu ada orang ngadu sama mama. Mama ambil sapu, lalu menghajar saya sampai habis sapu itu. Habis itu baru bapak saya gantian pukulin saya. Kepala kopel itu nancap di kepala saya hingga berdarah.”
Itu sebabnya Jack tidak pernah betah di rumah. Sejak kecil ia memilih hidup dijalanan bersama teman-temannya. Ganja menjadi pelarian hidupnya, dan perkelahian adalah pelampiasan emosinya. Hingga ketika Jack telah beranjak dewasa, ia memilih untuk meninggalkan rumah dan hidup di terminal. Bergaul dengan para preman membuat Jack semakin berani, bahkan polisi pun di anggap enteng olehnya.
“Ada teman yang berantem, lalu polisi datang. Teman-teman saya dipukuli oleh polisinya, lalu ada satu orang yang mengadu sama saya. Kemudian saya datang sambil bawa pisau, saya kejar polisi itu. Saat saya kejar, polisi itu mengambil pistol dan menembak saya. Perut saya tertembus dan saya tidak sadar.”
Sekalipun lolos dari maut akibat tembakan polisi itu, namun Jack tidak bisa lolos dari jerat hukum. Ia harus mendekam di penjara selama beberapa lama.
“Orang tua saya sudah tidak peduli lagi, tidak pernah besuk sama sekali. Saya sudah dianggap tidak berharga lagi, saking selalu bikin onar, dan bikin rugi. Saya merasa sedih dan menangis juga sih.”
Selepas dari penjara, Jack bersama teman-temannya mencoba mengubah jalan hidup dengan mengejar impian untuk menjadi penyanyi terkenal di Jakarta. Namun ketika sampai di ibu kota, apa yang di jumpai oleh Jack dan teman-temannya sangat jauh dari harapan.
“Harapan saya memang Jakarta itu menjanjikan. Tapi begitu sampai Jakarta, saya pengen pulang rasanya karena tidak seperti yang saya bayangkan.”
Tanpa kenal siapapun Jack mencoba menaklukan ibu kota. Mulai dari terminal Grogol dan berkenalan dengan sesama orang Batak ia mencoba bertahan hidup. Makan nasi dan tempe, hidup bagai gelandangan pun dijalani. Bahkan suatu waktu ia tergoda untuk melakukan tindak kejahatan.
“Saya naik bus, lalu saya lihat ada uang di kantong orang. Kalau saya ambil pasti bisa, tapi saya terbayang kembali janji kepada orang tua, ‘Jangan mencuri, jangan mencopet, apapun jangan.’ Saya aturan turun masih jauh, saya langsung turun dari bis itu supaya jangan tergoda dan melakukan hal itu.”
Sejak itu Jack bersama teman-temannya bekerja keras untuk menawarkan musik mereka kepada hotel-hotel. Namun hal itu bukanlah sesuatu yang mudah, penolakan demi penolakan mereka alami.
“Setelah satu tahun baru dapat job di Hotel Borobudur.”
Berkat dedikasi dan kerja keras, panggilan untuk melakukan show di berbagai hotel terkenal di Jakarta pun berdatangan. Saat itulah terbentuk Trio Lasidos.
Ketika meniti karir sebagai penyanyi dari satu hotel ke hotel lain itulah, Jack bertemu dengan seorang wanita yang kemudian menjadi pendamping hidupnya. Hal ini pun bukan proses yang mudah, karena ayah mertuanya menolak memiliki menantu seorang penyanyi. Akhirnya Jack dan istrinya kawin lari. Awal pernikahan mereka sangat bahagia, namun hal ini mulai berubah ketika Trio Lasidos mendapatkan tawaran rekaman.
“Kaset saya meledak, saya mulai sombong. Mulai sudah merasa hebat. Show dari satu daerah ke daerah lain, kadang-kadang satu bulan di daerah, dan kita ngga pernah pikirkan istri.”
Tidak hanya melupakan keluarganya, Jack pun mulai terlena dengan popularitas dan hidup dalam pesta pora. Minuman keras yang disandingkan dengan narkoba membuat Jack semakin lupa diri. Pulang pagi dalam keadaan mabuk menjadi bagian dari keseharian Jack, hal ini mulai menjadi sumber pertengkarannya dengan istri bahkan membuat bahtera rumah tangganya di ambang kehancuran.
Sekalipun menghadapai Jack yang selalu mabuk, dan menerima cacian dan makian, istrinya tetap bertahan karena tidak ingin melihat Jack hancur. Saat pulang dalam keadaan mabuk, tanpa setahu Jack, sang istri selalu mendoakannya. Hingga pada tahun 1987, saat itu ia memilih bersolo karir, sesuatu yang tidak pernah di duganya terjadi.
“Saya sedang show di Pekan Baru, lalu ada berita saya di tangkap polisi karena membawa ganja 100 kilo, di Jakarta geger karena berita itu. Anak saya telephone ke Pekan Baru sambil menangis:
“Papa di penjara ya?”
“Enggak, saya lagi di hotel.”
“Disini sudah terberita, semua bilang papi di penjara. Papi pulang..”
Saat Jack kembali ke Jakarta, ia menemukan sebuah kenyataan yang pahit. Semua shownya telah dibatalkan karena isu itu. Dan semua produser, menolak lagu buatannya.
“Jadi tidak ada pemasukan sama sekali, saya bingung dan tidak bisa bilang apa-apa.”
Istrinya yang mencoba membantunya dengan berbisnis, malah ditipu oleh orang. Akibatnya hutang pun melilit mereka, dan memaksa Jack menjual mobil dan rumahnya.
Jack membawa keluarganya untuk hidup dalam kesederhanaan. Ia pun melepaskan keterikatannya kepada narkoba, serta bersama istri dan anak-anaknya semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
“Apa yang saya tidak pikirkan, apa yang tidak pernah di lihat oleh mata, tidak di duga oleh hati saya, itu yang Tuhan siapkan bagi saya. Dan saya sudah nikmati itu, damai sejahtera, sukacita yang belum pernah saya rasakan. Karena Tuhan Yesus saya begini.”
Ternyata berjalan bersama Tuhan benar-benar mengubah jalan hidup Jack, ia kini bersama istri memberikan hidupnya untuk melayani Tuhan dan menyerahkan hidupnya sepenuhnya ditangan Tuhan. Bahkan hubungannya dengan keluarga pun kini semakin manis.

Biografi Eric Martin ( Voc MR big)

Eric Lee Martin atau yang biasa dikenal dengan Eric Martin, memilki karir yang cukup tergolong sukses di Asia, terutama Jepang. Mr. Vocalist 2 merupakan proyek kedua menyusul suksesnya Mr. Vocalist 1 di Jepang, dimana Eric dikontrak oleh label Sony Jepang tersebut. Jika pada album Mr. Vocalist 1 Eric menyanyikan beberapa lagu cover version dari penyanyi wanita, begitu pula dengan Mr. Vocalist 2, yang tidak jauh berbeda. Apa yang ia tawarkan? 12 buah lagu, dimana pada ke-11 lagunya merupakan lagu yang pernah menjadi single dan merajai chart dibelahan dunia, ditambah 1 lagu classic hmyns


.
Apa yang Eric Martin cari dengan bergabung bersama label yang terkenal dengan julukan negeri sakura tersebut? Famous, yah selain membawa nama Mr. Big yang memang sudah cukup mumpuni, nama Eric Martin fun sangat famous untuk pasar musik di Jepang tersebut. Namun buat saya, ke-12 track yang tersedia di album ini tidak begitu memberikan sesuatu yang istimewa, tetapi yang pasti, hadirnya Eric Martin mubgkin sedikit mengobati kerinduan penggemarnya sampai Eric mengeluarkan studio album lagi dengan bandnya.
Jika biasanya selalu membawakan lagu-lagu alternative bersama band-nya, mari kita lihat track by track yang disuguhkan. “Hero” yang biasanya dibawakan Mariah Carey, meski tidak begitu memiliki perbedaan cukup jauh dari segi musik, namun vokal Eric sendiri bisa dikatakan cukup pas, dan tidak berlebihan. “No One” milik Alicia keys juga cukup menjanjikan, dimana ada penggabungan beberapa instrumen musik seperti drum, gitar dan piano, begitu pula dengan “Time After Time” yang dibawakan secara ballad, masih bisa diterima.
Apa jadinya “My Heart Will Go On” milik Celine Dion diinterpretasikan ulang? Tidak begitu mengecewakan, berlanjut pada “There You’ll Be” dibawakan sedikit berbeda lebih kalem, namun pada “Beautiful”, terdengar sangat standar dan biasa dimana karakter lagu ini hampir sama persis dengan Christina Aguilerra punya. Hingga “Superstar” yang terdengar standar, sampai pada “Eternal Flame”, I Will Always Love You”, “Unbreak My Heart”, “You’ve Got A Friend” yang pada masing-masing lagu tidak begitu jauh perbedaanya dengan beberapa lagu sebelumnya,meski ada aransemen ulang dari segi musik, namun tidak begitu istimewa, dan ditutup dengan “Amazing Grace”, hmyns track dan uniknya Eric benar-benar mengeluarkan seluruh vokalnya dengan maksimal.
Suka? Tidak suka? Semua kembali kepada individu masing-masing, namun buat saya pribadi, meski pada awalnya kurang terkesan, karena pada beberapa lagunya dibawakan sedikit ‘memaksa’, tetapi jika mau mendengarkan Eric bernyanyi dari sudut yang berbeda, di samping bersama band-nya, Mr. Vocalis 2 dapat menjadi pilihan, album yang penuh dengan nuansa pop ini, meski tidak menawarkan lagu terbaru, namun setidaknya proyek Eric yang bekerjasama dengan label negeri sakura itu cukup menghibur, dimana ia juga bisa menyanyikan single miliki penyanyi lain, terutama milik penyanyi wanita dari berbagai aliran, tetapi dengan versi ‘Eric’ sendiri. Benar-benar berani dan salut!!

Apa itu musisi ?

Semua Manusia Berjiwa Musik

Banyak pertanyaan datang ke mail saya dan menanyakan hal yang sama tentang jiwa musik, ada pula yang bertanya yang bagaimanakah jiwa musik itu. Ini tidak ditujukan untuk GRUNGE saja karena ada komunitas luar GRUNGE yang mencoba bermain dengan saya. Ok. Mudah-mudahan jawaban saya ini bisa membantu...
Musik…coba kita pikirkan apa itu musik. Dalam sejarah peradaban musik belum pernah ada yang bisa mengartikan musik secara jelas hanya dari kata-kata saja. Musik hanya akan bisa dipahami keberadaannya jika kita memasuki dunia musik itu sendiri. Ada yang melarutkan diri dalam lagu saja. Ada yang mencoba belajar lewat konsep dan alat-alat musik saja. Ada juga yang mengalami kedua-duanya, disamping menikmati juga menjadikannya proses pembelajaran.
Kita selalu mengaitkan musik dengan musisi dan penikmat. Atau ada musisi..ya ada penikmat. Sebenarnya arti kata musisi telah menjadi salah persepsi. Di era sekarang banyak individu yang menyatakan dirinya musisi hanya karena punya grup band, tau banyak lagu, bangga bisa meniru band dambaannya, bahkan ada yang beranggapan kalau ingin berjiwa musik haruslah kursus dan sekolah musik. Apakah tindakan tersebut benar? Apakah hanya dengan memiliki sebuah grup band bisa dikatakan sebagai musisi? Apakah dengan mengenal banyak lagu dan mengetahui semua jenis musik bisa menjamin seseorang berjiwa musik?
Jiwa musik sebetulnya tidak harus dicari karena seluruh individu diberikan anugerah berupa potensi berbahasa musikal. Setiap diri kita sejak lahir diberi kesempatan untuk berbahasa secara musikal. Itulah sebabnya bayi manapun bisa diajak menari, menyanyi serta mencoba mengikuti ritme atau ketukan. Coba kita pikirkan, bayi itu kan suci.
Tidak perlu sekolah musik untuk membuat seorang bayi menari. Tidak perlu belajar not balok untuk merasakan kesenangan berbahasa musikal. Hanya saja dunianya yang berbeda. Dunia remaja dan dewasa adalah dunianya kita belajar bersosialisasi dengan dunia luar yang berwarna-warni. Dimana dunia ini bukan milik musik saja.
Kita akan belajar memahami keindahan dan kepuasan jiwa kita tidak hanya didapatkan dari musik saja.
Lalu apa dong arti musisi? Apakah dengan penjelasan diatas mengartikan bahwa kita semua adalah musisi? Musisi itu ditujukan bagi individu yang berjiwa musik luar biasa. Karena jiwa musiknya istimewa bahkan terlalu istimewa sehingga menciptakan karakter dalam dirinya yang tidak memungkinkan bagi dirinya untuk berkecimpung dalam bidang lain selain musik, itulah musisi.
Musisi tidak sebatas dimiliki orang kaya. Tidak harus jebolan sekolah musik. Tidak harus menjadi terkenal. Tidak harus menjadi legenda. Coba pejamkan mata…kalau tanpa harus mengheningkan cipta segala tapi ada suara-suara musik, apapun bebunyian musiknya, itulah jiwa musik. Musisi yang sebenarnya adalah individu yang ketika berjalan, tidur, mimpi, mandi, bekerja, dimanapun dia berada, apapun yang dia lakukan selalu ditemani dengan nada-nada.
Setiap detiknya adalah nada meskipun tak ada alat musik untuk memvisualisasikannya karena setiap jejaknya adalah nada. Sayangnya, zaman sekarang yang nota bene mengharuskan kita bekerja, mencari uang, berumahtangga dan tuntutan hidup lainnya membuat jiwa musik kita terpinggirkan. Kita memang telah menjadi dewasa, tetapi kesucian ketika kita bayi itu masih ada. Sama saja ketika kita semua beranjak tidur dan menanti mimpi yang indah.